1. Menentukan Angle
Hal ini adalah langkah paling awal dari tugas seorang director. Tanpa langkah ini semua kru tidak bisa bekerja karena berhubungan dengan semua elemen visual yang akan diciptakan seperti camera placement, set art direction, blocking pemain dll.
2. Menentukan Blocking Pemain
Bahan Referensi :
1. Digital Video Hand Book. Oleh : Pete May
2. Cinematography, theory and practice. Oleh : Blain Brown
3. WorkShop ; Bentuk Dokumenter: Realitas Pribadi dan Sosial, 2002
4. Pengalaman Penulis
Blocking pemain sangat penting karena menyangkut step berikutnya, yaitu berhubungan dengan set lighting dan set camera. kamera akan menyesuaikan pergerakan tokoh bukan sebaliknya.3. Menentukan Blocking Kamera
Untuk mempermudah pergerakan pemain yaitu kapan dia harus bergerak dan kapan harus berhenti maka digunakan dengan cara position marking.
Blocking kamera meliputi rancangan penempatan posisi kamera , pergerakan kamera dan type shot yang akan digunakan.4. Set Lighting dan Set Artistik.
Langkah ini biasanya dilakukan secara simultan. Lightingman dan art director akan mendesain produksinya sesuai type shot yang digunakan.Apa saja yang dilakukan saat departemen lighting mengeset lighting ?
a. Tentukan stunt in (orang dari salah satu kru- biasaya asisten sutradra atau PA).Stunt in dibutuhkan untuk menggantikan tokoh utama yang berada di set. Stunt in ini sangat penting kedudukannya karena sangat dibutuhkan oleh departemen lighting dalam mengeset lampu untuk tokoh utama. Dengan cara ini, saat set lighting dipersiapkan, tokoh utama bisa beristirahat sambil memahami script yang akan dibawakan nanti ketika take.5. Latihan di Set.
b. Kasih Frame. Istilah ini adalah bahasa seorang sutradara atau program director. Cameraman bertugas memberikan gambar (frame) sesuai dengan instruksi sutradara. Teknik ini biasanya dilakukan dengan cara lock frame (kamera tidak bergerak). Jika harus bergerak dilakukan sesuai angle, type shot dan pergerakan kamera yang akan digunakan. Dengan teknik ini seorang director akan menganalisa apa yang ada dalam frame sesuai dengan keinginannya.
c. Check Frame. Semua department, penyutradaraan, camera, lighting, dan art harus selalu melihat monitor “milik” sutradara. Hal ini berhubungan dengan kebutuhan dan perubahan teknis dan estetika yang ada di frame. Dengan melihat monitor sutradara secara bersamaan akan memudahkan komunikasi secara langsung jika ada perubahan atau perbaikan yang ada di dalam frame tersebut.
d. Check Sound. Seorang sutradara harus mendengarkan sendiri suara yang muncul dari speaker/headphone, apakah sudah memenuhi syarat sesuai kebutuhan produksi. Hal ini tentunya dikomunikasikan dengan soundman atau kameraman untuk keperluan standar teknis saat itu.
Latihan sangat perlu dilakukan terutama untuk pemain baru atau pemain yang belum pernah berhadapan dengan kamera. Tahap ini seorang director sangat besar perannya dalam memupuk kepercayaan diri dan mengangkat emosi pemain. Dengan komunikasi yang baik dan pendekatan yang tepat akan membuat pemain merasa nyaman dan akhirnya mampu melakukan tugasnya. Tips yang digunakan biasanya adalah menciptakan sebuah pendekatan informal sebelum shooting berlangsung. Hal ini menjadi tanggung jawab sutradara sepenuhnya terhadap pemain yang “takut” terhadap kamera sehingga menjadi ”berani” menghadapi kamera. Sutradara harus mampu meyakinkan kepada pemain bahwa pemain itu bisa melakukan tugasnya bukan karena sutradara tetapi karena pemain itu yakin terhadap dirinya bahwa ia bisa melakukannya.6. Take Gambar
Latihan dalam hal ini tidak selalu melakukan latihan seluruh scene. Latihan bisa dilakukan pada sebagian scene saja, yang penting adalah pemain merasa biasa dalam suasana set yaitu, set cahaya lampu, set lensa kamera dan elemen lainnya.
Melakukan pengambilan gambar sesuai dengan director shot yang telah ditentukan.(master shot, cover shot, reverse shot dan insert )
Jakarta 26 Maret 2007
Fredy Aryanto
Bahan Referensi :
1. Digital Video Hand Book. Oleh : Pete May
2. Cinematography, theory and practice. Oleh : Blain Brown
3. WorkShop ; Bentuk Dokumenter: Realitas Pribadi dan Sosial, 2002
4. Pengalaman Penulis
0 komentar:
Posting Komentar