Tampilkan postingan dengan label Produksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Produksi. Tampilkan semua postingan

Sebutan Kualitas Teknik Acara (Audio)


Background Cues
Gangguan dari suara intercom (talk back) yang masuk ke dalam program yang mungkin disebabkan karena cross talk
Background Noise
Gangguan suara dari luar yang masuk ke dalam program melalui microphone
Balance Poor (volume)
Ketidaksamaan level suara antara berbagai sumber di dalam suatu program yang sama
Balance Poor (tone)
Nada (tinggi rendah frekuensi suara) yang tidak sama antara berbagai sumber di dalam suatu program yang sama
Booming
Suara bass (frekuensi rendah) yang berlebihan yang disebabkan oleh room akustik
Breaking up
Suara hilang timbul secara tidak teratur atau tidak sama sekali
Distortion Harmonic
Gangguan suara yang kedengarannya pecah yang disebabkan oleh level yang terlalu tinggi atau daerah kerja yang sistem tidak linier
High Frequencies Lacking
Kualitas suara yang tidak jernih (briliant)
High Level
Level suara yang terlalu tinggi (suara terlalu keras/kuat)
Hiis
Noise pada frekuensi tinggi yang terdengar sebagai latar belakang (mendesis)
Hum
Suara background yang mengganggu dengan frekuensi 50 Hz atau harmonicnya
Loss of Sound
Hilangnya suara pada program
Low Frequencies Lacking
Suara bernada tinggi untuk seluruh program
Low Level
Level terlalu rendah
Plops
Bunyi plop, misalnya karena mic terlalu dekat dengan sumber suara atau limiter overload
Sinchronization Error
Suara yang tidak sinkron atau sesuai dengan gerak gambar
Wind Noise
Noise yang disebabkan oleh tiupan angin pada mic

Readmore »»

Sebutan Kualitas Teknik Acara TV (Video)

After Glow
Warna Putih yang diikuti oleh streaking putih yang disebabkan oleh cahaya yang terlalu terang pada suatu area tabung kamera.
Black Crushing
Hilangnya ketajaman pada daerah gelap yang disebabkan oleh ketidaklinieran pada akhir grey scale bagian bawah.
Camera Miss Matching
Perbedaan yang nyata pada keseluruhan warna (color tone) antara pengambilan gambar yang satu dengan yang lain apbila memakai dua atau lebih kamera yang tidak sama aligning-upnya
Color Cast
Warna tipis yang merata yang tidak dikehendaki yang tetap ada, walaupun sumber berubah (misal camera : FSS)
Color Miss Matching
Perbedaan color balance dari masing-masing sumber gambar pada suatu acara
Contrast Lack Of
Gambar kurang kontras
Drop Outs
Gambar yang berasal dari VTR rusak (oxide magnetic lepas)
Cross Talk
Interferensi/gangguan dari sinyal lain
Flare
Gangguan karena refleksi lensa dari kamera, sehingga terjadi noda putih yang berpindah jika arah shooting kamera diubah
Flicker
Kesalahan scanning antara dua field yang berbeda sehingga gambar berkedip
Focus Lack Of
Berkurangnya vertikal dan horisontal focus, bila disebabkan oleh optis; maka focus berubah terhadap jarak objek ke kamera
Ghosting
Bayangan pada gambar yang disebabkan oleh refleksi/pantulan sinyal pancaran
HF Noise
Noise yang disebabkan oleh frekuensi tinggi
Hum Bars
Garis hitam horisontal yang bergerak ke arah vertikal yang disebabkan oleh induksi power supply
LAG
Bayangan tertinggal pada objek yang bergerak
Lighting Defects
Penurunan mutu gambar yang disebabkan oleh kondisi lighting
Line Jitter
Pergeseran suatu garis ke arah horisontal yang tidak beraturan
Loss of Color
Hilangnya warna-warna tertentu pada sebagian atau seluruh gambar karena sub carrier burst dan atau chrominance information kadang-kadang tidak ada
Loss of Picture
Tidak ada gambar (blank)
Microphony
Modulasi suara tercampur pada sinyal video sehingga terang-gelap gambar berubah-ubah sesuai dengan kuat lemahnya suara
VTR Editing Fault
Gangguan gambar seperti tidak lock atau tracking tidak tepat karena penyuntingan tape VTR salah
VTR Mistracking
Gambar kelihatan bergetar dan noise atau gambar hilang muncul karena kesalahan pengaturan antara head VTR dengan jejak rekaman





Readmore »»

Langkah Membuat Shot


Langkah Membuat Shot :
1. Menentukan Angle
Hal ini adalah langkah paling awal dari tugas seorang director. Tanpa langkah ini semua kru tidak bisa bekerja karena berhubungan dengan semua elemen visual yang akan diciptakan seperti camera placement, set art direction, blocking pemain dll.



2. Menentukan Blocking Pemain
Blocking pemain sangat penting karena menyangkut step berikutnya, yaitu berhubungan dengan set lighting dan set camera. kamera akan menyesuaikan pergerakan tokoh bukan sebaliknya.
Untuk mempermudah pergerakan pemain yaitu kapan dia harus bergerak dan kapan harus berhenti maka digunakan dengan cara position marking.
3. Menentukan Blocking Kamera
Blocking kamera meliputi rancangan penempatan posisi kamera , pergerakan kamera dan type shot yang akan digunakan.
4. Set Lighting dan Set Artistik.
Langkah ini biasanya dilakukan secara simultan. Lightingman dan art director akan mendesain produksinya sesuai type shot yang digunakan.
Apa saja yang dilakukan saat departemen lighting mengeset lighting ?
a. Tentukan stunt in (orang dari salah satu kru- biasaya asisten sutradra atau PA).Stunt in dibutuhkan untuk menggantikan tokoh utama yang berada di set. Stunt in ini sangat penting kedudukannya karena sangat dibutuhkan oleh departemen lighting dalam mengeset lampu untuk tokoh utama. Dengan cara ini, saat set lighting dipersiapkan, tokoh utama bisa beristirahat sambil memahami script yang akan dibawakan nanti ketika take.
b. Kasih Frame. Istilah ini adalah bahasa seorang sutradara atau program director. Cameraman bertugas memberikan gambar (frame) sesuai dengan instruksi sutradara. Teknik ini biasanya dilakukan dengan cara lock frame (kamera tidak bergerak). Jika harus bergerak dilakukan sesuai angle, type shot dan pergerakan kamera yang akan digunakan. Dengan teknik ini seorang director akan menganalisa apa yang ada dalam frame sesuai dengan keinginannya.
c. Check Frame. Semua department, penyutradaraan, camera, lighting, dan art harus selalu melihat monitor “milik” sutradara. Hal ini berhubungan dengan kebutuhan dan perubahan teknis dan estetika yang ada di frame. Dengan melihat monitor sutradara secara bersamaan akan memudahkan komunikasi secara langsung jika ada perubahan atau perbaikan yang ada di dalam frame tersebut.
d. Check Sound. Seorang sutradara harus mendengarkan sendiri suara yang muncul dari speaker/headphone, apakah sudah memenuhi syarat sesuai kebutuhan produksi. Hal ini tentunya dikomunikasikan dengan soundman atau kameraman untuk keperluan standar teknis saat itu.
5. Latihan di Set.
Latihan sangat perlu dilakukan terutama untuk pemain baru atau pemain yang belum pernah berhadapan dengan kamera. Tahap ini seorang director sangat besar perannya dalam memupuk kepercayaan diri dan mengangkat emosi pemain. Dengan komunikasi yang baik dan pendekatan yang tepat akan membuat pemain merasa nyaman dan akhirnya mampu melakukan tugasnya. Tips yang digunakan biasanya adalah menciptakan sebuah pendekatan informal sebelum shooting berlangsung. Hal ini menjadi tanggung jawab sutradara sepenuhnya terhadap pemain yang “takut” terhadap kamera sehingga menjadi ”berani” menghadapi kamera. Sutradara harus mampu meyakinkan kepada pemain bahwa pemain itu bisa melakukan tugasnya bukan karena sutradara tetapi karena pemain itu yakin terhadap dirinya bahwa ia bisa melakukannya.
Latihan dalam hal ini tidak selalu melakukan latihan seluruh scene. Latihan bisa dilakukan pada sebagian scene saja, yang penting adalah pemain merasa biasa dalam suasana set yaitu, set cahaya lampu, set lensa kamera dan elemen lainnya.
6. Take Gambar
Melakukan pengambilan gambar sesuai dengan director shot yang telah ditentukan.(master shot, cover shot, reverse shot dan insert )




Jakarta 26 Maret 2007
Fredy Aryanto


Bahan Referensi :
1. Digital Video Hand Book. Oleh : Pete May
2. Cinematography, theory and practice. Oleh : Blain Brown
3. WorkShop ; Bentuk Dokumenter: Realitas Pribadi dan Sosial, 2002
4. Pengalaman Penulis





Readmore »»

Preparation for Location Scouting


Preparation for Location Scouting

Antara Studio dan Lokasi
Studio :
- Sewa mahal
- Harga termasuk berbagai fasilitas
- Suara aman/sound proof
- Kebebasan membangun apa saja
- Lebih bisa bergerak bebas

Lokasi :
- Sewa bisa mahal , bisa gratis
- Suara pasti tidak sejernih studio
- Belum tentu bisa bongkar pasang
- Biasanya ruang gerak terbatas

Location parameter checklist :
Location parameter checklist adalah salah satu parameter untuk memilih lokasi dimana yang sering terjadi adalah ketika kita sudah menemukan sebuah lokasi yang “ bagus” atau sesuai tuntutan program, sering kali kita melupakan parameter2 ini :
1. Cahaya Lighting
- Bagaimana rencana penataan cahaya sebuah program di lokasi
- Apakah ada cukup ruang untuk taruh lampu di lokasi
- Dimana dan dari mana sumber cahaya
2. Sumber tenaga listrik
- Dimana sumber tenaga listrik
- Apakah amper listrik cukup untuk keseluruhan program yang akan kita gunakan
- Periksa kekuatan amper setiap titik listrik. Kalo tidak kuat maka dipakailah genset
- Kalau sewa genset apakah ada cukup banyak kabel dari genset ke titik lampu dan bagaimana peletakan kabelnya.
3. Suara
- Apakah lokasi cukup silent
- Apakah suara yang ada dilokasi bisa dimatikan seperti AC saat shooting berlangsung
- Bagaimana suara lingkungan sekitar? Anjing galak? anak bayi? lalu lintas? konstruksi di sekitar lokasi shooting?
- Apakah suara tersebut bisa diatasi dengan pemilihan mic yang tepat ?
4. Ruang Hijau
-Apakah ada fasilitas toilet untuk pemain dan kru ? berjauhan dengan set atau tidak?
- Apakah ada tempat untuk beristirahat untuk pemain atau guest?
- Dimana ruang make up dan ruang ganti?
- Apakah ada ruang untuk menyimpan peralatan?
- Dimanakah tempat break makan?
- Untuk shooting eksterior, apakah ada lokasi dimana orang-orang bisa berteduh?
5. Keamanan dan Pengamanan
- Apakah dibutuhkan pengamanan?
- Apakah ada tempat khusus untuk barang2 berharga?
6. Konsumsi
- Cek pemain atau kru kalau ada diet khusus, vegetarian, etc
- Atur tempat khusus sekaligus untuk istirahat pada jam makan
7. Perpindahan lokasi
-Perhitungkan waktu lebih lama dari normalnya, khusus untuk pemain dan peralatan, genset
- Usahakan selalu sebuah lokasi cadangan yang mendekati lokasi ideal yang telah ditentukan
- Apakah ada lokasi cadangan jika terjadi kendala pada lokasi yang dipilih
- Apakah sudah dibicarakan kemungkinan untuk pemakaian lokasi tersebut jika dilakukan suting ulang.

Beberapa catatan penting :
1. Cek lokasi dengan kru inti lengkap sebelum hari shooting untuk penentua angle, art dan penempatan lampu secara kasar.
2. Usahakan seluruh lokasi terpusat di satu wilayah, hindari perpindahan lokasi terlalu banyak
3. Usahakan selalu perjanjian tertulis dengan pemilik lokasi
4. Selalu siapkan lokasi cadangan



Jakarta 26 Maret 2007
Fredy Aryanto






Bahan Referensi :
1. Digital Video Hand Book. Oleh : Pete May
2. Cinematography, theory and practice. Oleh : Blain Brown
3. WorkShop, Bentuk Dokumenter: Realitas Pribadi dan Sosial, 2002
4. Pengalaman Penulis

Readmore »»

Tata Cahaya


Prinsip dasar tujuan tata cahaya adalah :
- Memberikan emosi
- Mengarahkan perhatian
- Sculpts the subject
- Memanjakan mata 
Metode Seting Tata Cahaya
1. Studio Lighting
Setting tata cahaya dilakukan untuk general (flaterred) set. Teknik ini dilakukan hanya sekali dalam mendesain tata letak sumber cahaya dari awal sampai akhir program. Tata letak sumber cahaya tidak akan berubah meskipun subyek /pemain berpindah-pindah , berbeda ukuran type shotnya, berbeda angle dan berubah letak kamera.
2. Film Lighting
Setting tata cahaya selalu berubah menyesuaikan dengan perpindahan angle kamera, perpindahan pemain dan perubahan type of shot.

Teknik dasar bagaimana mengatur sumber cahaya untuk menerangi subyek adalah :
- Direct Lighting
- Bouncing Lighting
- Blocking Lighting

Hal yang tidak boleh dilupakan dalam tata cahaya adalah bahwa penataan cahaya bukan hanya untuk menerangi subyek tetapi lebih membagi antara derah yang terang (yang terkena cahaya) dengan daerah yang gelap (digelapkan) secara proporsional dan fungsional.
Ada sejumlah pilihan umum yang harus videografer pilih dan lakukan secara teknis, yaitu apakah nanti cahayanya akan soft atau hard light? akan menggunakan teknik low key atau high key? atau sumber cahaya berasal dari dalam frame atau berasal dari luar frame?

A. Gaya dalam Tata Cahaya
Low key ( Hard light )
Distribusi cahaya dengan perbandingan antara gelap dan terang yang jelas terhadap subyek sehingga menghasilkan bayangan yang keras. Biasanya warna cahaya lebih mengarah pada warm ( membawa mood ke arah suspense, sedih,dll )
High Key ( Soft light )
Distribusi cahaya dengan perbandingan antara gelap dan terang tidak cukup jelas terhadpa subyek sehingga tidak menghasilkan bayangan yang jelas dari subyek. Biasanya warna cahaya lebih mengarah kepada cool dan menggunakan warna set yang cerah .
Graduate Tonality
Tata cahaya yang berada antara low key dan High Key.


B. Kwalitas Cahaya
1. Keras Lemahnya Cahaya ( Hard vs Soft )
Hard light datang dari sebuah sumber cahaya yang kecil ( spot) dan soft light berasal dari sumber yang besar ( flood ). Secara gampang adalah sumber cahaya yang paling keras adalah matahari siang sedangkan sumber cahaya yang lemah adalah saat matahari mendung. Hard light yang biasanya digunakan adalah HMI par sedangkan soft light bisa semua lampu tetapi lebih bagaimana teknik menerangi subyek dengan mengunakan filter diffuse atau teknik bouncing. Pada dasarnya soft light menghasilkan level light yang lebih rendah pada watt yang sama dengan digunakan hard light.
Soft light menghasilkan ambience cahaya yang tampak lebih natural. Dengan tata cahaya ini actor akan lebih bebas bergerak pada set . Tetapi kelemahannya karena membutuhkan sumber cahaya yang besar dan cahaya menyebar hampir ke seluruh penjuru, juga karena teknik soft light menghasilkan cahaya yang lemah pada subyek maka sumber cahaya harus di dekatkan pada subyek maka akan bermasalah pada saat menggunakan shot yang wide ( long shot )
2.Sudut Cahaya
Arah dari datangnya cahaya akan membentuk sugesti suasana dari sebuah adegan, waktu dan jenis lokasinya.

3. Warna Cahaya
Sering kali cahaya digunakan untuk berkreasi, tujuannya tidak mendasarkan pada realita sesuai waktu sesuai dengan suhu warna yang seharusnya (day light 5600K, tungsten 3200K)

Teknik Lighting :
1. Cahaya Natural        :   Cahaya yang berasal dari alam
2. Cahaya Artificial     :   Lampu yang digunakan untuk shooting
3. Sudut Cahaya          :   Tinggi rendahnya sudut cahaya (matahari pagi, siang, malam)
4. Kwalitas Cahaya     : - Keras lembutnya cahaya
                                        - Warna cahaya ( indikasi situasi )
5. Gaya Tata Cahaya   : - High Key,
                                         - Low Key,
                                         - Graduate Tonality

Three Point Lighting
Key Light
Sumber cahaya terbesar dan di letakkan di depan subyek. Biasanya diletakkan 45 derajat di samping kiri /kanan antara subyek dan kamera. Sumber cahaya berada di atas 45 derajat dari subyek menerangi dan ratakan terhadap wajah subyek.
Fill light
Fill light berfungsi memperhalus bayangan yang dihasilkan oleh sumber cahaya key light. Biasanya intensitasnya lebih kecil atau setengah dari pada intensitas cahaya key light. Fill light diletakkan 45 derajat disamping kamera berlawanan arah dengan letak Key light. Lebih baik penggunaan Fill Light dengan cara bouncing terhadap reflector.
Back Light
Back light berfungsi menyinari bagian belakang dari subyek. Intesitas cahayanya paling kecil diantara Key dan Fill light. Back Light diletakkan dibelakang subyek satu garis berlawanan dengan arah kamera dan 45 derajat di atas subyek. Fungsinya agar memisahkan background dan subyek, maka arah cahaya di arahkan ke leher bagian belakang subyek.
Background Light ( additional )
Berfungsi menyinari background agar lebih tercipta ilusi kedalaman .

Two Point Lighting
Key light
Menggunakan Key Light dengan cara menyinari bouncing card/ reflector sehingga sumber cahaya tia langsung menyinari subyek.
Back light atau Fill light+Background light
Sumber cahaya fill light dijadikan back light atau menggunakan teknik fill light sekalian menyinari background ( background light )

One Point Lighting
Hanya ada Key Light. Syaratnya kita harus menyediakan beberapa reflector. Key light di sini tidak menyinari subyek secara langsung tetapi tetap menggunakan teknik bouncing. Reflektor akan dipasang sebagai bouncing dari key light dan back light.

Jenis Lampu
- 7000 K - Fluorescent ( Warm-kuning Day Light/ Tungsten )
- 5600 K HMI - With Lense ( Day Light )
- 3200 K - Open Face/tanpa lensa , dedo, blonde, redhead ( Tungsten )

Jenis lampu HMI
- Compact ( Lensa fresnel )
Jenis lampu ini menggunakan satu lensa yang bisa diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan. Karena karakter cahaya yang dihasilkan adalah menyebar maka lensa ini berfungsi mengumpulkan cahaya. Keunggulannya jenisampu ini lebih flexible dan lebih murah tetapi kualitasnya tidak sebagus yang dihasilkan oleh Par.
- Par/ Par light
Jenis lampu ini menggunkan beberapa lensa yang bisa dig anti sesuai kebutuhan ( flood, medium, spot ) . Keunggulannya adalah cahaya yang dihasilkan sangat baik tetapi kurang efektif dalam pemakaian dan lebih mahal harganya. Jenis lampu ini sering digunakan dalam suting iklan.

Jenis Filter lampu :
- Conventer : Pengubah suhu warna ( CTO/CTB )
- Diffuser : Penghalus ( Soft Light )
- Color/ Effect : Menciptakan warna

Paket Standar Lighting
1. HMI 2,5 K – 2 buah
2. HMI 575 - 2 buah
3. Kino Flo 4 bank – 2 buah
4. Blonde – 5 buah
5. Rea Head – 5 buah
6. Dedo light 1 set

Harus dibedakan istilah gambar soft dan lighting yang soft ( Soft lighting ) . Gambar soft biasanya disebut Soft Focus. Gambar ini menghasilkan nuansa yang soft pada permukaan gambar ( layer ). Gambar ini sering kita lihat jika ingi menghasilkan gambar yang beauty dan nuansa lembut. Cara menghasilkan gambar ini dengan cara menggunakan filter black promise atau white promise. ( Black Promise berfungsi mengurangi resolusi warna hitam/gelap sedangkan white promis mengurangi resolusi warna terang khusunya putih ). Jika kepepet kita bisa menggunakan stocking yang kita letakkan di depan lensa kamera.

Jakarta 26 Maret 2007
Fredy Aryanto


Bahan Referensi :
1. Digital Video Hand Book. Oleh : Pete May
2. Cinematography, theory and practice. Oleh : Blain Brown
3. WorkShop, Bentuk Dokumenter: Realitas Pribadi dan Sosial, 2002
4. Pengalaman Penulis

Readmore »»

Komunikasi Antara Director dan Kameraman Sebelum dan Saat Shooting


Komunikasi antara Director dan Kameraman sebelum dan saat shooting

1. Kesepakatan istilah jenis type shot dan besar ukurannya sebelum shooting.
Yang sering terjadi di lapangan antara director dan kameraman sering kali melewatkan proses komunikasi tentang kesepakatan istilah dan ukuran shot yang ditentukan. Perlu diingat bahwa hal ini sangat sepele tetapi bisa menjadi kendala saat suting. Dan yang paling penting sebagai cameraman adalah akan berhadapan dengan berganti-ganti director, begitu juga director akan berhadapan dengan berbagai macam camareman yang masing-masing mempunyai persepsi tersendiri terhadap istilah dan entuk ukuran type shot. Maka alangkah baiknya jika director dan cameraman selalu membuat kesepakatan tentang hal tersebut sebelum shooting.
2. Istilah saat shooting
Tidak ada istilah lain yang disebut saat shooting selain istilah yang telah disepakati sebelum shooting.
3. Lead Cameraman
Teknik shooting 2 kamera Multi Camera Multi Recorder, tanpa 2 monitor dan tanpa alat komunikasi. Untuk mengakali hal ini pada dasarnya harus selalu ada lead cameraman dalam setiap produksinya. Hal ini sangat berhubungan erat dengan perpindahan type of shot yang diintruksikan sutradara kepada kameraman. Sutradara hanya berkomunikasi dengan Lead cameraman kemudian lead kameraman menginformasikan instruksi sutradara kepada rekan kameraman lainnya. Kode2 perpindahan type of shot harus disepakati sebelum shooting berlangsung.


Jakarta 26 Maret 2007
Fredy Aryanto


Bahan Referensi :
1. Digital Video Hand Book. Oleh : Pete May
2. Cinematography, theory and practice. Oleh : Blain Brown
3. WorkShop, Bentuk Dokumenter: Realitas Pribadi dan Sosial, 2002
4. Pengalaman Penulis

Readmore »»

Tata Kamera


Prinsip dasar membuat shot adalah bagaimana membuat gambar menjadi tampak 3 dimensi setelah berpikir bahwa gambar harus “ berbicara ” dan informatif.

Beberapa cara membuat gambar menjadi tampak 3 Dimensi
- menggunakan foreground
- depth of field
- pemilihan dan peletakan background yang tepat
- menggunakan system angle 45 derajat ( garis diagonal )
- Tele lens



Jenis Cara Pengambilan Shot :
1. Simple Shot
Pengambilan gambar dengan cara kamera statis terhadap obyek yang statis

2. Developing Shot
 Pengambilan gambar dengan cara kamera statis terhadap obyek yang bergerak atau sebaliknya

3. Complex Shot
Kombinasi antara kamera yang bergerak dengan obyek yang bergerak.



Camera Movement

Kamera yang bergerak selalu mempunyai motivasi tertentu. Motivasi bisa berasal dari dua cara .Pertama , berasal dari pergerakan subyek itu sendiri sehingga mengharuskan kamera ikut bergerak. Kedua, kamera yang bergerak untuk sebuah tujuan tertentu seperti, menekankan perhatian, memberikan sebuah informasi ruang, memberikan informasi baru pada akhir pergerakan, memberikan nuansa yang dinamis, etc. Yang terpenting dalam camera movement adalah ritme. Ibarat sebuah musik, kamera yang bergerak tidak seterusnya selalu bergerak tetapi tetap ada tempo dimana kapan harus bergerak secara lambat atau secara cepat bahkan static (tetapi tetap memberi nuansa pergerakan ) sesuai motivasi yang telah ditentukan.


Moving Shot


Tracking Shot
Camera bergerak sesuai dengan arah pergerakan subyek. Jika pergerakan dari LS kemudian ke arah CU akan terasa ada penekanan pada subyek.

Countermove Shot
Camera bergerak berlawanan dengan arah gerak subyek. Pergerakan ini lebih menjadi variasi gerak dari konsep tracking yang tujuannya agar look tidak membosankan. Efek yang dihasilkan dari shot ini lebih dinamis dan energik

Reveal Shot
Seperti reverse shot tetapi kamera ini bergerak dalam satu shot diikuti oleh pergerakan subyek. Biasanya dilakukan untuk memberikan informasi baru dari sesuatu yang tidak tampak dalam frame sebelumnya.



Circle Shot
Circle shot dilakukan harus dengan sangat smooth. Sebisa mungkin circle shot ini tidak dilakukan terlalu jauh dengan subyek.

Crane Shot
Pergerakan kamera yang lebih mengarah vertical move. Tujuanya lebih untuk menginformasikan ruang geografis secara umum dan biasa untuk menutup ending program.

Rolling Shot
Pergerakan kamera yang dilakukan dengan bantuan kendaraan.


Don Livingston membagi dalam Dua Belas Gerakan Dasar Kamera ( Basic Twelve Camera Movement )


1. Truck In atau Dolly In
Kamera bergerak menuju subyek atau subyek atau benda yang tidak bergerak. Biasanya dipergunakan untuk menarik perhatian atau menekankan emosi terhadap subyek atau sebuah benda.
2. Truck Out atau Dolly Out
Kamera bergerak menjauhi subyek. Biasanya digunakan untuk menutup sebuah scene atau membuka sebuah sequence yang berfungsi sebuah transisi bagi sequence berikutnya atau sebelumnya.( salah satu tujuannya membuat informasi ruang )
3. Walk In ( Maju ke depan )
Sebuah transisi dari medium shot atau long shot ke sebuah shot yang lebih dekat yang tercapai karena subyeknya berjalan mendekati kamera.
4. Walk Out
Transisi dari sebuah Close up menuju Medium shot atau long shot karena subyek menjauhi kamera.
5. Follow Shot
Subyek dan camera dua-duanya bergerak. Disini camera bergerak dengan truck kemudian mengikuti subyek yang bergerak dan mempertahankan komposisi yang kira-kira sama pada subyek tetapi latar belakang berubah.

6. Mengikuti satu subyek yang bergerak untuk memperlihatkan dan menarik perhatian pada subyek yang lain, dimana subyek yang pertama keluar frame.

7. Mengikuti satu subyek supaya subyek lain dapat masuk frame.Gerakan ini hampir sama dengan gerakan nomor 6 tetapisubyek yang pertama tidak meninggalkan frame.

8. Transisi dari sekelompok subyek kepada seseorang.

9. Mengikuti satu subyek yang meninggalkan kelompok. Pada mulanya mengambil sekelompok orang kemudian salah satu diantaranya menjauhkan diri dri yang lain, kamera mengikuti dengan menggunakan pan atau truck.
10. Memperbaiki demi komposisi. Kamera harus menggunakan pan, tilt atau truck untuk mempertahankan komposisi pada satu atau lebih banyak subyek. ( Teknik ini diterapkan pada Berbincang Jalan )

11. Subyek yang bertukar tempat. Kamera mengambil tokoh B yang berjalan mendekati kamera dan melewati tokoh A, camera lalu berputar menghadap tokoh B.

12. Mengimbangi. Satu subyek bergerak dan satu subyek yang lain mengimbangi atau masuk ke dalam scene dalam sebuah posisi yang ditentukan demi kepentingan komposisi gambar.


Prinsip dasar dalam menghasilkan gambar yang baik :


1. Mempunyai satu pusat perhatian
Bisa diciptakan dari ukuran , warna , pergerakan dan posisi dari subyek ( rule of third thinking )

2. Memilih sudut kamera yang baik
Menghindarkan garis horizon berada di tengah frame . Dan selalu rajin memindahkan kamera meski se inchi untuk menghasilkan angle yang menarik.

3. Mendekati Subyek
Salah satu aturan yang harus kita sepakati adalah apapun gambar yang kita hasilkan lebih baik bergerak mendekati subyek. Karena close up memberikan suasana kedekatan , memusatkan perhatian dan detail pada subyek. ( TV adalah karakter Medium Shot )

4. Memperhatikan latar belakang
Latar belakang bisa membuat gambar lebih cantik atau lebih buruk. Terlalu banyak memasukkan elemen visual yang tidak mendukung subyek utama membuat bingung dan merusak perhatian penonton.

5.Gambar dengan subyek bergerak
Subyek yang bergerak selalu lebih menarik daripada subyek yang statis.

Sistem shooting multi camera dibagi menjadi 2 cara :

1. System shooting Multi Camera Multi Recorder.
Sistem shooting yang menggunakan 2 atau lebih kamera dimana recorder sesuai dengan jumlah kamera. Recorder bisa berasal dari badan camera atau vtr recorder.
2. System shooting Multi Camera One Recorder
Teknik ini yang lazim disebut shooting multi cam. Yaitu, system shooting yang menggunakan 2 atau lebih kamera dengan 1 recorder yaitu vtr recorder dilengkapi dengan CCU.
Jakarta 26 Maret 2007
Fredy Aryanto


Bahan Referensi :
1.Digital Video Hand Book. Oleh : Pete May
2.Cinematography, theory and practice. Oleh : Blain Brown
3.WorkShop, Bentuk Dokumenter: Realitas Pribadi dan Sosial, 2002
4.Pengalaman Penulis

Readmore »»

Directing / Producing


Director /Produser dalam sebuah produksi TV dan Film memerlukan syarat langkah sebagai berikut :
1. Pemikiran dan persiapan yang matang
2. Perhatian yang detail terhadap semua hal
3. Pemahaman dan mempunyai visi yang jelas terhadap script
4. Mempunyai keahlian dalam manajemen waktu
5. Mempunyai kemampuan dalam kepemimpinan



Tugas Director atau Produser sebelum shooting :


1. Membuat Director Trearment
Director treatment adalah sebuah catatan detail yang menginformasikan analisa ( rancangan ) visual dari seorang director/produser terhadap program yang akan dibuat. Director Treatment harus mampu menggambarkan secara visual terhadap si pembaca ( setiap departemen kru) dari program tersebut. 


Unsur-unsur Director treatment meliputi :
- Deskripsi singkat program sesuai visi director/produser
- Konsep Talent
- Konsep Lokasi
- Konsep Artistik ( set, kostum, make up )
- Konsep Kamera
- Konsep Tata Cahaya
- Konsep Suara
- Konsep Musik
- Konsep Editing dan Grafis

Director treatment biasanya dilengkapi potongan gambar referensi dari setiap konsep yang akan diajukan.


2. Membuat Floor Plan
Floor plan adalah sebuah rancangan yang memberi informasi tentang blocking talent, blocking kamera dan lighting serta bentuk dan ukuran dari set.
Eksternal dan Internal Directing 

Dalam sebuah produksi televisi maupun film dikenal istilah External Directing dan Internal Directing.

External Directing lebih mengarah kepada segala sesuatu yang tidak muncul dalam frame melainkan kepada apa saja yang ada di belakang frame. Tugas inti seorang sutradara atau program director adalah mengarahkan dan kemudian yang menjadi tugas selanjutnya adalah berkomunikasi. Sutradara harus selalu berbicara, berbicara, mendengar , berbicara dan lagi berbicara. Seorang sutradara/PD yang baik mampu melakukan komunikasi dan pendekatan terhadap rekan kerja maupun pemain sehingga semua merasa nyaman dan rela melakukan sesuai tugasnya yang pada akhirnya menghasilkan internal directing.


Internal Directing adalah mengarahkan segala unsur visual yang tampak dalam frame. Apa saja yang tampak dalam frame, adalah terdapat istilah mise un scene yaitu :
- Adegan
- Make up dan Kostum
- Set
- Lighting


Unsur-unsur visual inilah yang harus mampu diramu oleh seorang director menjadi sebuah program yang menarik sesuai visinya. Sutradara sebagai pimpinan kreatif tertinggi bertanggung jawab terhadap hasil sebuah program. 

Jakarta 26 Maret 2007
Fredy Aryanto


Bahan Referensi :
1.Digital Video Hand Book. Oleh : Pete May
2.Cinematography, theory and practice. Oleh : Blain Brown
3.WorkShop, Bentuk Dokumenter: Realitas Pribadi dan Sosial, 2002
4.Pengalaman Penulis

Readmore »»

Perbedaan Mendasar Antara Shooting Drama dan Non Drama

Perbedaan mendasar dari segi visual yang dihasilkan oleh program drama dan non drama terletak pada content dari visual itu sendiri. Pada drama lebih menekankan pada segi emosi yang ada dalam gambar. Emosi ini dihasilkan terutama dari acting para pemain utama maupun tokoh pendukungnya. Sedangkan unsur set, make up ,kostum dan gaya tata cahaya mendukung emosi tersebut. Pada non drama lebih menekankan kepada kekuatan informasi dan impresi dari gambar tersebut.

Dalam drama, penonton lebih memfokuskan diri pada jalan cerita melalui perkembangan dan perubahan karakter sang tokoh. Dengan acting yang baik maka ia mampu mengikat emosi penonton sehingga terlibat ke dalam emosi tokoh tersebut. Yang sering terjadi adalah penonton tidak sempat memperhatikan dengan detail elemen visual lain ( set, prop, lighting, continuity, pergerakan kamera, etc ) karena “terbuai” oleh acting pemain yang menawan itu. Dalam editing drama ditemukan istilah “Cheat Cut” , dimana kita menyambung gambar semata-mata untuk kepentingan continuity emosi, tidak lagi berpikir menyambung gambar demi kepentingan continuity action, position dan movement. Salah satu contoh nyata kasus fil adalah adanya blooper. Banyak “blooper” yang sering tidak tertangkap oleh mata penonton karena hal tersebut di atas. Blooper memang sengaja dicari-cari sehingga tampak terjadi kesalahan.

Dalam program Non Drama, kita lebih mempunyai peluang untuk melihat dengan detail elemen visual yang ada dalam gambar. Karena kekuatan emosi bukan lagi tujuan utama. Maka yang harus kita lakukan adalah membuat sebuah impresi yang kuat pada gambar. Nilai informasi pada program non drama lebih cenderung diciptakan melalui narasi dan dialog dari si tokoh. Sedangkan gambar memperkuat narasi yang ada. Karena gambar harus memperkuat narasi, maka harus kita ciptakan sebuah image visual yang menarik secara proporsional sesuai dengan konsep produsksi yang telah ditentukan.

Jakarta 26 Maret 2007
Fredy Aryanto

Bahan Referensi :
1. Digital Video Hand Book. Oleh : Pete May
2. Cinematography, theory and practice. Oleh : Blain Brown
3. WorkShop, Bentuk Dokumenter: Realitas Pribadi dan Sosial, 2002
4. Pengalaman Penulis

Readmore »»

Prinsip-Prinsip Komposisi Fotografi


Komposisi adalah cara mengatur/menyusun bagian-bagian dari gambar (misalnya garis-garis, bentuk, ruang bebas, bayangan, warna, tekstur, dan lain-lain) agar gambar lebih menarik dan mudah dimengerti. Beberapa prinsip biasa digunakan untuk meningkatkan efektifitas gambar. "Perlihatkan apa yang ingin Anda perlihatkan", merupakan salah satu prinsip yang baik.
1. Subjek
Tampilkan suatu subjek utama dalam sebuah gambar. Kesampingkan bagian-bagian lain dan pisahkan hal-hal yang tidak perlu ada dalam foto.
2. Penempatan subjek utama
a. Bayangkanlah Anda sedang membagi gambar dengan garis bayangan mendatar dan tegak lurus menjadi 3 bagian yang sama besar. Titik temu dari garis-garis tersebut adalah tempat dimana Anda dapat meletakan subjek utama dan elemen-elemen pelengkap.
b. Jika menggunakan garis mendatar sebagai subjek utama, misalnya garis batas (cakrawala) antara udara dan lahan pertanian, aturlah agar bagian yang satu lebih besar dari bagian lainnya.
c. Posisi subjek tidak harus selalu berada di tengah-tengah agar komposisi nampak lebih menarik. Dan hindari penempatan subjek pada posisi yang gelap.
3. Titik pandang
Pilihlah posisi kamera yang paling tepat saat mengambil gambar, sehingga hal-hal yang ingin Anda perlihatkan menjadi lebih jelas.

4. Latar belakang

Usahakanlah latar belakang yang sederhana atau batasi latar belakang yang tidak penting, sehingga tidak mengacaukan subjek utama.
5. Latar depan
Sertakan latar depan untuk menciptakan kesan kedalaman, terutama untuk pengambilan jarak jauh di luar ruangan. Objek-objek alami dapat membantu menyeimbangkan dan memperindah gambar serta membuat komposisi lebih menarik.

6. Sediakan lebih banyak ruang untuk garis pandang dan garis gerak.
Beri ruang di depan subjek untuk mengesankan subjek Anda sedang bergerak atau melihat sesuatu.
7. Batas antar bagian gambar sebaiknya digunakan untuk mempertegas hal apa yang ingin Anda komunikasikan.
Namun, perhatikan dengan seksama agar objek yang ditonjolkan tersebut tidak membingungkan atau merusak komposisi.
8. Cahaya dan bayangan.
Gunakan pencahayaan yang menyebar agar gambar nampak jelas dan usahakan agar subjek anda menghadap sumber cahaya.
9. Lakukan pengambilan gambar secara bervariasi agar gambar lebih menarik.
Gunakan jarak yang berbeda antara kamera dan subjek dalam setiap pengambilan. Berapa jarak subjek yang sebaiknya tampak dalam gambar ?
• Long shot atau pengambilan jarak jauh, menampilkan keseluruhan subjek, memantapkan semua elemen dalam gambar termasuk latar belakang dan latar depan.
• Medium shot atau pengambilan jarak sedang, lebih mendekati subjek dan memisahkan elemen-elemen yang tidak perlu.
• Close up atau jarak dekat, memusatkan pengambilan gambar pada subjek.
• Extreme close-up, menampilkan bagian khusus dari subjek secara rinci, biasanya dilakukan dengan lensa makro atau close-up.
• Ubahlah titik pandang kamera Anda, untuk memperjelas subjek yang ingin Anda tampilkan, hal ini tergantung pada kesan yang ingin Anda sampaikan.
o Low angle (pandangan dari bawah): memberi kesan tinggi dan megah pada gambar monumen, bagungan.
o Normal angle (pandangan sebatas mata), pemandangan yang biasa dan paling umum dilakukan pada saat pengambilan gambar.
o High angle, atau pengambilan dari suatu ketinggian, mengesankan pandangan dari atas, dapat menyamarkan bagian-bagian yang tidak penting. Sangat baik digunakan untuk mengambil gambar suatu kerumunan, keramaian lalulintas, dan lain-lain.
10. Sewaktu memotert spesimen atau objek yang tidak dikenal:
• gunakan latar belakang yang kontras
• gunakan label dan judul
• gunakan suatu alat ukur atau benda yang mudah dikenal di sebelah subjek sebagai pembanding agar dapat deketahui ukuran relatifnya

Readmore »»